Pages

Friday, September 25, 2015

Komponen Penyusun Enzim


Hasil gambar untuk diagram komponen penyusun enzim 

Enzim yang lengkap tersusun dari senyawa protein dan nonprotein. Komponen protein disebut apoenzim. Apoenzim bersifat labil (mudah berubah) dan dipengaruhi oleh suhu dan pH. Bagian nonprotein disebut gugus prostetik. Gugus prostetik dapat berupa ion anorganik maupun senyawa organik kompleks. Gugus protestik dari ion anorganik disebut kofaktor, misalnya kalsium (Ca), klor (Cl), natrium (Na), dan kalium (K). Atom logam juga dapat dijadikan sebagai kofaktor, misalnya seng (Zn), besi (Fe), tembaga (Cu), dan magnesium (Mg). Kofaktor berfungsi sebagai katalis yang dapat meningkatkan fungsi enzim, misalnya enzim ptialin dalam air udah (saliva) akan bekerja lebih baik jika terdapat klorida (Cl) dan kalsium (Ca). Enzim yang terikat dengan kofaktor disebut holoenzim.
Gugus prostetik dari senyawa organik kompleks disebut koenzim, contohnya vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B3 (niasin), B5 (asam pantotenat), B6 (piridoksin), B11 (asam folat), B12 (kobalamin), vitamin H (biotin), koenzim A, NAD+ (nicotinamide adenine dinucleotide), FMN (flacin mononucleotide), dan FAD+ (flavin adenin dinucleotide). Koenzim berfungsi memindahkan gugus kimia, atom, atau elektron dari satu enzim ke enzim lainnya.

Sunday, September 20, 2015

Klasifikasi Enzim

Berdasarkan tempat bekerjanya, enzim dapat dibedakan dua macam, yaitu sebagai berikut.
1. Enzim intraseluler adalah enzim yang bekerja di dalam sel, contohnya katalase. Enzim katalase mampu menguraikan senyawa hidrogen peroksida (H2O2) yang merupakan racun bagi sel-sel tubuh menjadi senyawa H2O dan O2 yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tubuh. H2O2 merupakan sisa katabolisme asam amino dan asam lemak yang setiap saat dapat terbentuk. pada hewan dan manusia, katalase banyak ditemukan dalam sel-sel hati dan jantung. Sementara itu, pada sel tumbuhan, katalase banyak ditemukan pada sel umbi kentang.
2. Enzim ekstraseluler adalah enzim yang bekerja di luar sel, contohnya enzim-enzim pencernaan yang disekresikan oleh organ pencernaan (pepsin, renin, atau lipase yang disekresikan oleh lambung). Enzim ekstraseluler tersebut memengaruhi bahan makanan di dalam rongga organ pencernaan, dengan kata lain terjadi di luar sel-sel.
Berdasarkan tipe reaksi yang dikatalisis, enzim dapat dibagi menjadi enam kelompok, yaitu sebagai berikut.
1. Oksidoreduktase, mengatalisis reaksi oksidasi dan reduksi.
2. Transferase, mengatalisis pemindahan gugus seperti glikosil, metil, atau fosforil.
3. Hidrolase, mengatalisis pemutusan hidrolitik C-C, C-O, C-N, atau ikatan lainnya.
4. Liase, mengatalisis pemutusan C-C, C-O, C-N, atau ikatan lain dengan eliminasi atom yang menghasilkan ikatan rangkap.
5. Isomerase, mengalisis perubahan geometrik atau struktural dalam suatu molekul.
6. Ligase, mengatalisis penyatuan dua molekul yang dikaitkan dengan hidrolisis ATP.

Monday, September 14, 2015

Diet Tinggi Protein dalam Pengelolaan Berat Badan



Diet dan obesitas saat ini menjadi masalah umum dunia. Di Indonesia, penduduk yang mengalami kelebihan berat badan (overweight) sekitar 17,5% dan pasien obesitas sekitar 4,7%. Obesitas pada umumnya disebabkan oleh konsumisi sumber energi karbohidrat yang berlebihan melampaui kebutuhan akan energi, sehingga konversi karbohidrat menjadi lemak yang akan disimpan dalam tubuh. Apakah obesitas dapat dicegah?
Salah satu metode yang banyak diperbincangkan adalah "diet tinggi protein", yaitu modifikasi diet dengan meningkatkan rasio protein dan meminimalkan karbohidrat sebagai sumber energi tubuh. Protein merupakan sumber energi yang bersifat paling mengenyangkan dibandingkan karbohidrat dan lemak. Protein memperlama waktu pengosongan lambung dan memengaruhi hormon kolesistokinin dan GLP-1 (glucagon like peptide-1) yang mengatur rassa kenyang. Peningkatan konsentrasi asam amino hasil pencernaan protein akan menstimulasi glukoneogenesis yang menyebabkan rasa kenyang. Glukoneogenesis adalah proses sintesis glukosa/glikogen dari prekursor nonkarbohidrat ketika karbohidrat tidak tersedia dalam makanan.
Protein tidak dapat disimpan dalam tubuh sehingga dapat mengurangi nafsu makan dan mengontrol asupan energi yang masuk. Diet tinggi protein berpengaruh terhadap komposisi tubuh yang lebih berotot dan mampu meningkatkan penggunaan simpanan lemak yang dapat menurunkan berat badan total.
Meskipun metode diet tinggi perotein ini terbukti efektif dalam penurunan berat badan, tetapi masih menjadi perdebatan berkaitan dengan masalah kesehatan, anatara lain sebagai berikut.
- Tidak memenuhi persyaratan gizi tubuh (60% kebutuhan energi seharusnya berasal dari karbohidrat).
- Menimbulkan gangguan ginjal karena mengonsumsi protein lebih dari 25% dari total energi sehari dapat memperberat fungsi ginjal dalam mengekskresikan hasil metabolisme protein seperti asam urat dan kalsium.
- Asupan protein tinggi merupakan meningkatkan risiko terjadinya batu ginjal.
-Berisiko osteoporosis karena terjadi peningkatan ekskresi kalsium dalam urine yang mengakibatka penurunan penyimpanan kalsium dalam tulang.
Masalah-masalah kesehatan tersebut dapat muncul jika seseorang menjalani diet tinggi protein dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, perlu adanya kontrol kesehatan, pemilihan jenis makanan sumber protein yang tepat, waktu penerapan, dan keseimbangan zat gizi lainnya. Sebaiknya disertai dengan diet tinggi serat dan aktivitas fisik secara rutin

Monday, September 7, 2015

Cara Bakteri Berkembang Biak (Reproduksi Bakteri)

Bakteri berkembangbiak dengan cara membelah diri secara biner. Pada kondisi yang menguntungkan bakteri membelah dengan sangat cepat, yaitu antara 15 – 20 menit. Sehingga dalam waktu satu hari jumlahnya menjadi jutaan.

Selain dengan pembelahan biner juga dapat berkembangbiak secara seksual yang berbeda dengan perkembangbiakan organisme eukariota. Ada yang menyebutnya paraseksual, yaitu bukan merupakan peleburan gamet jantan dan gamet betina, tetapi berupa pertukaran materi genetik yang disebut dengan rekombinasi genetik. ADN yang terbentuk hasil rekombinasi kedua gen tersebut dinamakan gen rekombinan. Rekombinasi genetik ini dibedakan menjadi tiga cara, yaitu: transformasi, transduksi, dan konjugasi.

1. Transformasi

Dengan ditemukannya transformasi pada bakteri dapat dibuktikan bahwa ADN merupakan bahan genetik. Selanjutnya penemuan ini menjadi kunci dalam biologi molekul dan genetika modern.

Pada proses transformasi fragmen ADN bebas bakteri dimasukkan ke dalam sel bakteri resepien (penerima), selanjutnya fragmen ADN ini bersatu dengan genom resepien. Hanya strain-strain kompeten (“Competent”) dari genera- genera bakteri tertentu yang dapat ditransformasikan. Strain kompeten ialah suatu sel bakteri yang dapat mengambil suatu molekul ADN dan mentransformasikannya, misalnya: Strep- tococcus pneumonia, Bacillus, Haemopphilus, Neisseria dan Pseudomonas.
Cara Bakteri Berkembang Biak (Reproduksi Bakteri)

Mekanisme transformasi sebagai berikut ADN donor ditarik oleh sel resepien, kemudian ADN donor terpisah menjadi dua, ADN resepien sebagian lepas meninggalkan tempatnya, selanjutnya ADN donor menggantikan tempat ADN resepien yang ditinggalkannya tersebut. Sehingga terbentuklah ADN rekombinan hasil hibrid antara ADN do- nor dengan ADN resepien. Selanjutnya ADN rekombinan melakukan replikasi untuk berkembang biak. Proses transformasi ini diketahui pertama kali oleh Frederick Griffith.

2. Transduksi

Proses transduksi ini diketemukan oleh Norton Zinder dan Joshua Lederberg pada tahun 1952. Reproduksi bakteri cara ini tidak melalui kontak langsung dua bakteri, tetapi diperlukan adanya materi sebagai perantara yaitu virus yang hidup pada inang bakteri (Bacteriofage).

3. Konjugasi

Pada proses konjugasi diperlukan kontak langsung antara sel donor dengan sel resepien agar terjadi pemindahan bahan genetik. Pada proses konjugasi dapat dipindahkan bahan genetik yang lebih panjang. Kemampuan untuk bertindak sebagai donor atau resepien ditentukan oleh materi genetik disebut faktor kelamin (“faktor seks”) atau faktor F. Sel resepien dinyatakan dengan F. Proses konjugasi hanya dapat ditunjukkan pada bakteri Gram negatip, misalnya: Escheri- chia, Shigella, Salmonella, Pseudomonas aeruginea. Pertumbuhan bakteri dipengaruhi beberapa faktor antara lain: suhu, kelembaban, cahaya matahari, zat kimia, ketersediaan cadangan makanan dan zat sisa metabolisme.

Pengelompokan bakteri berdasarkan cara memperoleh makanan

Pengelompokan bakteri berdasarkan cara memperoleh makanan terbagi atas 2 jenis bakteri yaitu Bakteri autotrof dan Bakteri heterotrof, berikut penjelasannya.

a. Bakteri autotrof

Bakteri jenis ini dapat menyusun makanan untuk kebutuhannya sendiri dengan cara mensintesis zat-zat anorganik menjadi zat organik. Jika energi untuk penyusunan tersebut bersumber dari cahaya matahari maka bakteri tersebut dikenal dengan sebutan fotoautotrof dan apabila energi untuk penyusunan zat organik berasal dari hasil reaksi kimia disebut kemoautotrof.

Contoh bakteri fotoautotrof:

  • Bakteri hijau, bakteri ini memiliki pigmen hijau yang dinamakan bakterioviridin atau bakterioklorofil.
  • Bakteri ungu, memiliki pigmen ungu, merah atau kuning disebut bakteriopurpurin Contoh bakteri kemoautotrof:
  • Bakteri nitrifikasi, yang terdiri Nitrosomonas, Nitrosococcus, Nitrobacter.
  • Nitrospira, Nitrosocystis.


b. Bakteri heterotrof

Bakteri tipe ini tidak dapat mengubah zat anorganik menjadi zat organik, sehingga untuk keperluan makannya bergantung pada zat organik yang ada di sekitarnya. Bakteri heterotrof dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
Pengelompokan bakteri berdasarkan cara memperoleh makanan

  • Parasit, bakteri yang kebutuhan zat makanan tergantung pada organisme lain. Contoh: Treponema hidup pada manusia, Borrelia hidup pada hewan dan manusia.
  • Saprofit, bakteri yang memperoleh makanan dari sisa-sisa zat organik. Bakteri jenis ini memiliki kemampuan untuk merombak zat organik menjadi zat anorganik. Contoh: Bakteri Escherichia coli yang hidup pada colon (usus besar) manusia. Dalam keadaan tertentu dapat mengubah asam semut menjadi CO2 dan H2O. Thiobacillus denitrificans dapat menguraikan senyawa nitrat menjadi nitrit.

Klasifikasi Prokariotik (Archaebacteria dan Eubacteria)

Berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Carl Woese yang mengacu pada analisis variasi RNAr organisme prokariotik ini secara fundamental dipisahkan menjadi dua kelompok yang berbeda, yaitu Archaebacteria dan Eubacteria.

1. Archaebacteria

Karakteristik yang dimilik oleh Archaebacteria antara lain:

    Klasifikasi Prokariotik (Archaebacteria dan Eubacteria)
  1. sel penyusun tubuhnya bertipe prokariotik;
  2. mempunyai simpleRNA polymerase;
  3. dinding sel bukan dari peptidoglikan;
  4. tidak mempunyai membran nukleus dan tidak mempunyai organel sel;
  5. ARNt nya berupa metionin;
  6. sensitive pada toksin dipteri.

Archaaebacteria diklasifikasikan berdasarkan habitatnya menjadi 3, yaitu kelompok methanogen, halofit ekstrim(suka garam) dan termo asidofil (suka panas dan asam).

a. Methanogen
Methanogen ini hidupnya bersifat anaerob atau tidak memerlukan oksigen dan heterotrof, dapat menghasilkan methan (CH4), tempat hidupnya di lumpur, rawa-rawa, saluran pencernaan anai-anai (rayap), saluran pencernaan sapi, saluran pencernaan manusia dan lain-lain.

Contoh:
– Lachnospira multiparus, organisme ini mampu menyederhanakan pektin
– Ruminococcus albus, organisme ini mampu menghidrolisis selulosa
– Succumonas amylotica, mempunyai kemampuan menguraikan amilum.
– Methanococcus janashii, penghasil gas methane

b. Halofit ekstrim
Sebagian besar mikroorganisme ini bersifat aerob heterotrof walaupun ada yang bersifat anaerob dan fotosintetik dengan pigmen yang dimilikinya berupa bakteriorodopsin. Habitat pada lingkungan berkadar garam tinggi, seperti di danau Great Salt (danau garam), Laut Mati, atau di dalam makanan yang bergaram.

c. Thermo asidofil
Archaebacteria adalah organisme uniseluler, tidak berklorofilprokariot, hidup pada lingkungan yang ekstrim Thermoasidofil adalah mikroorganisme kemoautotrof yang dapat memanfaatkan H2S sebagai sumber energi. Hidup di lingkungan panas (60 – 80) oC dan pH 2 – 4, habitat di sumber air panas seperti Sulfolobus di taman nasional Yellow stone atau kawah gunung berapi di dasar laut.

2. Eubacteria

Eubakteria disebut juga bakteri sejati, sama dengan archaebacteria yang bersifat prokariotik. Ciri-ciri yang dimiliki oleh bakteri ini antara lain:

  1. mempunyai dinding sel yang mengandung peptidoglikan
  2. telah mempunyai organel sel berupa ribosom yang mengandung satu jenis ARN polymerase
  3. membran plasmanya mengandung lipid dan ikatan ester
  4. sel bakteri mempunyai kemampuan untuk mensekresikan lendir ke permukaan dinding selnya, lendir ini jika terakumulasi akan dapat membentuk kapsul dan kapsul inilah sebagai pelindung untuk mempertahankan diri jika kondisi lingkungan tidak menguntungkan baginya. Bakteri yang berkapsul biasanya lebih patogen dari pada yang tidak mempunyai kapsul
  5. Sitoplasma bakteri terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, ion organik, kromatofora, juga terdapat organel sel kecil- kecil yang disebut ribosom dan asam nukleat sebagai penyusun ADN dan ARN.

Struktur Organisasi Kehidupan

Struktur organisasi kehidupan dapat disusun seperti berikut ini: organisasi tingkat molekul sel => jaringan => organ => sistem organ => individu => populasi => komunitas => ekosistem  => biosfir.

1. Organisasi tingkat molekul

Organisasi tingkat molekul adalah organisasi kehidupan pada tingkat paling rendah sebab materi penyusunnya hanya terdiri atas asam nukleat, yaitu Asam Deoksi Ribonukleat (ADN) atau Asam Ribonukleat (ARN) dan protein, contohnya virus. Virus berukuran (2 – 20) milimikron, hanya dapat hidup di dalam sel yang hidup, dan dapat berkembang biak. Virus adalah bentuk peralihan antara benda hidup dan benda mati sebab dapat berbentuk kristal.

2. Organisasi tingkat sel

Tiap makhluk hidup terdiri dari sel. Teori ini disebut teori sel, dikembangkan oleh Schleiden (1804 – 1881) dan Schwann (1810 – 1892). Keduanya berkebangsaan Jerman.

Amoeba dan Paramaecium yang hanya terdiri atas sebuah sel tergolong organisme bersel tunggal atau uniseluler, sedangkan organisme yang tersusun dari banyak sel disebut organisme bersel banyak atau multiseluler.

Pada biasanya mikroorganisme yang tergolong dalam kingdom monera dan protista hanya terdiri dari inti sel. Sejarah penelitian mengenai sel periode pertama berjalan 200 tahun. Diawali oleh Robert Hooke (1635 – 1703) yang mengamati sayatan gabus dengan menggunakan mikroskop. Kemudian Schleiden (1804 – 1881) dan Schwann (1810 – 1882) yang mengadakan pengamatan berulang-ulang pada sel-sel satwa dan tanaman dengan mikroskop.

Pada tahun 1831 Robert Brown seorang ahli biologi dari Scotlandia, melaporkan pengamatannya mengenai adanya benda kecil yang terapung dalam cairan sel yang disebut sebagai inti sel atau nukleus. Penyelidikan sel selanjutnya terfokus pada cairan sel yang disebut protoplasma oleh Felix Dujardin (1835), Johannes Purkinje (1787 – 1869) dan Max Schultze (1825 – 1874). Teori sel yang semula hanya menyatakan bahwa sel adalah kesatuan struktural dari kehidupan, ditambah dengan apa yang dinyatakan bahwa sel juga adalah kesatuan fungsional dari kehidupan.

Rudolf Virchow pada tahun 1858 menyatakan bahwa semua sel berasal dari sel-sel juga (omnis cellula cellula), maka dengan kata lain, sel juga adalah kesatuan pertumbuhan makhluk hidup.

Periode kedua sejarah penelitian sel adalah eksperimen-eksperimen, salah satu hasilnya adalah diketahui adanya faktor menawan yang terdapat di dalam nukleus, yaitu kromosom. Berdasarkan pengetahuan itu, maka dapat dikatakan bahwa sel adalah kesatuan hereditas.

Penemuan yang paling modern saat ini adalah adanya mikroskop elektron yang dapat memberikan gambar dengan skala 1.000.000 ukuran benda yang sesungguhnya. Berikut ini adalah bentuk dan susunan sel.
Struktur Organisasi Kehidupan
Diagram sel hewan dengan tumbuhan yang diamati dengan  mikroskop elektron: a. sel hewan; b. sel tumbuhan
3. Organisasi tingkat jaringan

Sel adalah kesatuan bentuk kehidupan (teori sel). Di dalam tubuh organisme multiseluler terdapat banyak sel yang berbeda bentuk dan fungsinya. Bentuk dan susunan sel tergantung pada letak dan fungsinya di dalam tubuh. Sel-sel yang sama bentuk dan fungsinya membentuk kelompok yang disebut jaringan. Untuk dapat membentuk suatu jaringan, sel mengalami perubahan bentuk dan fungsinya. Sel-sel yang mengalami perubahan biasanya pada jaringan embrionel, misal- nya jaringan meristem pada titik tumbuh suatu tumbuhan membentuk jaringan epidermis, jaringan pembuluh, dan lain-lain. Pada satwa juga terjadi perubahan yang demikian, zigot mengalami pembelahan sel membentuk blastula. Pada perkembangan selanjutnya sel-sel penyusun blastula berubah bentuk dan fungsinya menjadi berbagai jaringan tubuh, seperti jaringan kulit, jaringan otot, dan lain-lain.

4. Organisasi tingkat organ

Jaringan sebagai suatu organisasi sel belum dapat berfungsi dalam tubuh organisme jika tidak bekerja sama dengan jaringan yang lain, jantung misalnya wajib dilengkapi dengan jaringan otot, jaringan saraf, jaringan darah, jaringan ikat, dan jaringan epitel. Jaringan-jaringan itu bekerja sama agar jantung dapat bekerja dengan baik. Jantung adalah organ atau perangkat tubuh. Organ tubuh yang lain misalnya ginjal, liver, dan paru-paru. Organ-organ ini pun mempunyai organisa- si tertentu untuk membentuk sistem tertentu pula. Misalnya sistem pernapasan terdiri atas beberapa organ antara lain hidung, rongga hidung, tenggorokan, cabang batang tenggorokan dan paru-paru. Organisasi semacam ini disebut sistem organ.

5. Organisasi tingkat individu

Dalam tubuh kita terdapat berbagai macam sistem or- gan. Seluruh sistem itu saling berinteraksi melakukan suatu fungsi dalam tubuh makhluk hidup. Makhluk hidup yang terdiri atas berbagai sistem organ disebut satu individu. Setiap manusia termasuk individu. Demikian pula tiap-tiap ekor semut dalam sekelompok semut atau tiap-tiap ekor domba dalam kawanannya dan tiap pohon teh dalam sebuah perkebunan.

6. Organisasi tingkat populasi

Kita dikelilingi berbagai jenis makhluk hidup yangmacam -macam, misalnya ayam, mangga, pepaya, kambing, dan lain-lain. Populasi adalah tingkatan organisasi yang terdiri atas sekelompok individu sejenis yang menempati ruang dan waktu yang sama. Apabila berbicara tentang populasi, kita wajib menyebutkan jenis individu yang dibicarakan dalam batas waktu dan tempat tertentu. Misalnya populasi pohon bakau di hutan mangrove pada tahun 1990. Kita tidak dapat mengatakan bahwa pohon bakau yang hidup di hutan man- grove dan di pesisir pantai selatan adalah satu populasi, sebab tempatnya berbeda.

7. Organisasi tingkat ekosistem

Makhluk hidup hanya dapat hidup di tempat-tempat dengan syarat-syarat tertentu untuk hidupnya, misalnya bakau- bakau tumbuh di pantai, lumut hidup di tempat-tempat lembap, dan pohon kurma hidup di tempat-tempat kering. Namun, ada juga makhluk hidup yang tidak terikat pada syarat-syarat tertentu dapat hidup di berbagai tempat yang keadaannya berlainan.

Berbagai jenis makhluk hidup yang memerlukan syarat lingkungan sama dan dalam beberapa hal saling membutuhkan, biasanya akan hidup bersamaan. Misalnya di persawahan terdapat padi, katak, ulat, dan tikus. Kelompok organisme yang hidup bersama-sama disebut komunitas.

Setiap organisme hidup dalam lingkungannya masing-masing, lingkungan biotik dan lingkungan abiotiknya. Lingkungan biotik, yaitu semua organisme yang terdapat di sekelilingnya. Adapun lingkungan abiotik, yaitu faktor-faktor seperti iklim (suhu, kelembapan, cahaya) dan tempat hidupnya (tanah, air, udara). Untuk mendapatkan energi dan materi yang diperlukan untuk hidupnya, semua komunitas bergantung kepada lingkungan abiotik. Organisme produsen memerlukan energi, cahaya, oksigen, karbon dioksida, air, dan garam-garam dari lingkungan abiotik. Setelah materi dan energi diuraikan produsen, hasilnya dapat diteruskan kepada konsumen tingkat pertama. Kemudian ke konsumen tingkat kedua dan seterusnya. Materi dan energi yang berasal dari lingkungan abiotik akan kembali lagi ke lingkungan abiotik lagi. Dengan demikian komunitas dan lingkungan abiotiknya adalah suatu sistem. Setiap sistem demikian dinamakan ekosistem.

8. Organisasi tingkat bioma

Semua komunitas biotik berhubungan dengan komunitas biotik lain di sekelilingnya. Demikian pula ekosistem berhubungan dengan ekosistem lain di sekelilingnya. Ekosistem hutan berhubungan dengan ekosistem sungai. Ekosistem sungai berhubungan dengan laut. Dengan demikian, semua ekosistem di bumi ini saling berhubungan, sehingga bumi adalah suatu ekosistem besar disebut juga biosfer. Sebagai ilmu murni biologi mempunyai banyak cabang dalam mempelajarinya. Cabang-cabang biologi antara lain :


  1. Morfologi : adalah ilmu yang mempelajari tentang Bentuk luar tubuh organisme
  2. Anatomi : adalah ilmu yang mempelajari tentang Struktur tubuh bagian dalam organisme
  3. Fisiologi : adalah ilmu yang mempelajari tentang Proses dan kegiatan faal tubuh organisme
  4. Genetika : adalah ilmu yang mempelajari tentang Pewarisan sifat menurun
  5. Evolusi : adalah ilmu yang mempelajari tentang Perkembangan makhluk hidup dari bentuk yang paling sederhana ke arah yang lebih kompleks
  6. Embriologi : adalah ilmu yang mempelajari tentang Perkembangan embrio
  7. Sitologi : adalah ilmu yang mempelajari tentang Susunan dan bagian-bagian dari sel
  8. Ekologi : adalah ilmu yang mempelajari tentang Interaksi/hubungan timbal balik antara organisme dan lingkungan
  9. Zoologi : adalah ilmu yang mempelajari tentang Seluk-beluk kehidupan hewan
  10. Botani : adalah ilmu yang mempelajari tentang Seluk-beluk kehidupan tumbuhan
  11. Virologi : adalah ilmu yang mempelajari tentang Virus dan pengaruhnya pada organisme lain
  12. Parasitologi : adalah ilmu yang mempelajari tentang Organisme parasit dan pengaruhnya pada organisme lain
  13. Palaeontologi : adalah ilmu yang mempelajari tentang Kehidupan organisme di masa yang lampau
  14. Terratologi : adalah ilmu yang mempelajari tentang Cacat tubuh anak/bayi dalam kandungan
  15. Mikrobiologi : adalah ilmu yang mempelajari tentang Perikehidupan mikroorganisme
  16. Bakteriologi : adalah ilmu yang mempelajari tentang Perikehidupan mengenai bakteri
  17. Mikologi : adalah ilmu yang mempelajari tentang Perikehidupan mengenai jamur
  18. Entomologi : adalah ilmu yang mempelajari tentang Perikehidupan mengenai serangga




Lihat Juga

Jelaskan mekanisme konjugasi pada Spirogyra

Konjugasi adalah salah satu bentuk reproduksi seksual yang ditemukan pada Spirogyra, yang merupakan salah satu jenis ganggang hijau filamen ...

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "