Pages

Thursday, February 9, 2017

Pteridophyta (Tumbuhan Paku)

A. Ciri-ciri Pteridophyta
  • Memiliki akar, batang, dan daun sejati
  • Daun yang masih muda menggulung.
  • Terdapat bulatan cikelat (sorus) pada daun
  • Hidup epifit (menempel) dan ada yang hidup di tanah
  • Mengalami metagenesis, fase sporofit lebih dominan
B. Klasifikasi Pteridophyta
  • Psilophytinae (paku purba), memiliki akar berupa rhizoid, contoh: Psilotum nudum
  • Equisetinae (paku ekor kuda), memiliki rhzoma, contoh: Equisetum debile.
  • Lycopidinae (paku kawat), batang dikelilingi daun kecil dan rapat, contoh: Lycopodium clavatum.
  • Filicinae (paku sejati), memiliki batang dan daun yang jelas, contoh: Adiantum cunaetum.

Berdasarkan spora yang dihasilkan, Pteridophyta dibedakan menjadi:
  • Paku homospora (isospora), memiliki bentuk spora dan fungsi yang sama. Contohnya Lycopodium Clavatum, Psilotum nodum.
    Metagenesis paku homospora
  • Paku heterospora, memiliki spora yang ukuran dan jenisnya berbeda, yaitu mikrospora (sel kelamin jantan) dan makrospora (sel kelamin betina). Contohnya Marsilea crenata, Selaginella.
  • Paku Peralihan, memiliki spora yang ukurannya sama, tetapi jenis kelaminya berbeda. Contohnya Equisetum debile.
    Metagenesis Paku Peralihan

C. Peran Pteridophyta
  • Adiantum cunneatum (suplir), Platycerium bifurcatum (paku tanduk rusa), dan Asplenium nidus (paku sarang burung): sebagai tanaman hias.
  • Azolla pinnata (paku air) yang bersimbiosis dengan Anabaena: sebagai pupuk nitrogen.
  • Alzophila glauca (paku tiang): sebagai bahan bangunan.
  • Marsilea crenata (semanggi): sebagai bahan makanan.
  • Lycopodium clavatum: sebagai bahan obat.
 

Tuesday, February 7, 2017

Tumbuhan tidak Berpembuluh: Lumut (Bryophyta)

Tumbuhan tidak Berpembuluh: Lumut (Bryophyta)

Tumbuhan tidak Berpembuluh: Lumut (Bryophyta)

1. Ciri-ciri Bryophyta (lumut)
- Mempunyai akar berupa rhizoid. Akar, batang, dan daun tidak sejati.
- Pengangkutan air dan garam mineral berlangsung dari sel ke sel secara lambat.-
- Habitat di tempat lembab atau basah
- Mengalami metagenesis antara fase generatif (gametofit) dengan fase vegetatif (sporofit). Generasi gametofit membentuk tumbuhan lumut, sedangkan generasi sporofit membentuk sporongium.

2. Metagenesis Bryophyta (Lumut)
Tumbuhan tidak Berpembuluh: Lumut (Bryophyta)

3. Klasifikasi Bryophyta (lumut)
Tumbuhan lumut dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:
a. Hepasticopsida (lumut hati)
- Bentuk tubuh lembaran, hidup menempel di atas permukaan tanah lembap atau terapung di atas air.
- Bereproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), sedangkan fase generatif dengan membentuk gametangia berupa anteredium dan arkegonium.
- Contoh: Marchantia polymorpha.

b. Anthocerotopsida (lumut tanduk)
- Memiliki sporofit berupa kapsul yang memanjang seperti tanduk dan mengandung kloroplas.
- Di dalam sporongium terdapat jaringan steril yang disebut kolumela.
- Contoh: Anthoceros laevis.

c. Bryopsida (lumut daun)
- Disebut lumut sejati karena sudah dapat dibedakan antara batang, daun, akar (rhizoid).
- Contoh: Sphagnum fimbriatum.

4. Peran Bryophyta (lumut)
a. Sebagai vegetasi perintis, karena dapat melapukkan batuan.
b. Marchantia polymorpha: sebagai obat hepatitis
c. Sphagnum fimbriatum: sebagai media tanaman, pembalut, dan sumber bahan bakar.

Friday, February 3, 2017

Kanekaragaman Hayati

Kanekaragaman Hayati

Kanekaragaman Hayati - Keanekaragaman hayati merujuk pada variasi genetik, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekosistem yang ada di Bumi. Istilah ini mencakup semua bentuk kehidupan, termasuk tumbuhan, hewan, jamur, dan mikroorganisme. Keanekaragaman hayati sangat penting karena memiliki peran kunci dalam menjaga kehidupan dan keseimbangan ekosistem.

1. Keanekaragaman Genetik:

Keanekaragaman genetik mengacu pada variasi dalam gen dan alel yang ada dalam suatu spesies. Gen adalah unit pewarisan yang membawa informasi genetik, sedangkan alel adalah bentuk alternatif dari suatu gen. Semakin besar variasi genetik dalam suatu spesies, semakin besar pula kemampuannya untuk beradaptasi dan bertahan hidup dalam menghadapi perubahan lingkungan. Keanekaragaman genetik dapat membantu spesies dalam melawan penyakit, mengatasi perubahan iklim, dan menghadapi tekanan lingkungan lainnya.

2. Keanekaragaman Spesies:

Keanekaragaman spesies mencakup jumlah spesies yang ada di suatu daerah atau lingkungan tertentu. Setiap spesies memiliki peran dan fungsi yang berbeda dalam ekosistem. Semakin banyak spesies yang ada, semakin kompleks interaksi ekologis antara organisme tersebut. Keanekaragaman spesies juga berkontribusi pada produktivitas ekosistem, siklus nutrisi, dan stabilitas ekosistem. Jika keanekaragaman spesies menurun, ekosistem menjadi lebih rentan terhadap perubahan dan gangguan.

3. Keanekaragaman Ekosistem:

Keanekaragaman ekosistem mencerminkan variasi ekosistem yang ada di suatu wilayah. Ekosistem adalah suatu sistem yang terdiri dari organisme hidup dan komponen abiotik (non-hidup) yang berinteraksi satu sama lain. Setiap ekosistem memiliki kondisi lingkungan yang unik, seperti iklim, topografi, jenis tanah, dan ketersediaan air. Keanekaragaman ekosistem mencakup berbagai tipe habitat, seperti hutan, hutan rawa, padang rumput, terumbu karang, dan lainnya. Masing-masing ekosistem memiliki spesies-spesies yang khas dan beradaptasi dengan kondisi lingkungan tersebut.

Keanekaragaman hayati memiliki nilai intrinsik, estetika, ekonomi, dan ekologis. Secara intrinsik, setiap spesies memiliki nilai eksistensial dan hak untuk bertahan hidup. Secara estetika, keberagaman bentuk kehidupan memberikan keindahan dan keajaiban alam yang mempesona. Secara ekonomi, keanekaragaman hayati memberikan sumber daya alam, seperti makanan, obat-obatan, bahan bangunan, dan energi. Secara ekologis, keanekaragaman hayati merupakan fondasi ekosistem yang berperan dalam menjaga keseimbangan ekologi, siklus nutrisi, dan regenerasi alam.

Penting untuk melestarikan keanekaragaman hayati melalui upaya konservasi dan perlindungan habitat, pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan, serta kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem yang sehat. Hanya dengan menjaga keanekaragaman hayati, kita dapat melindungi masa depan kehidupan di Bumi dan memastikan keberlanjutan ekosistem bagi generasi mendatang.

Fungi (Jamur)

A. Ciri-ciri Fungi
- Bersifat eukariotik, ada yang uniseluler dan multiseluler.
-Tidak mempunyai klorofil, sehingga bersifa heterotrof.
- Dinding sel tersusund ari zat kitin.
- Tubuh tersusun dari hifa. Jaringan hifa membentuk anyaman yang disebut miselium.
- Reproduksi vegetatif dengan membentuk spora sedangkan generatif dengan konjugasi.

B. Klasifikasi Fungi
Berdasarkan cara reproduksi, fungi dikelompokkan menjadi 4 divisi
1. Zygomycota, memiliki ciri:
- Bersifat multiseluler.
- Memiiki hifa senositik (tidak bersekat).
- Reproduksi generatif menggunakan zigospora, yang menghasilkan zigosporangium,
- Memiliki haustoria.
Beberapa contoh jamur yang termasuk dalam divisi Zygomycota adalah sebagai berikut.
  • Beauveria bassiana - Parasit pada wereng
  • Mucor hiemalis - Fermentasi susu kedelai
  • Rhizopus oligosporus - Membuat Tempe.
  • Rhizopus nigricans - Menghasilkan asam furamat

2. Ascomycota, memiliki ciri:
- Bersifat uniseluler dan multiseluler.
- Memiliki hifa bersekat, dan berinti banyak.
- Reproduksi generatif mengguanakan askospora.
Beberapa contoh jamur yang termasuk dalam divisi Ascomycota adalah sebagai berikut.
  • Apergillus oryzae - Pembuatan sake
  • Apergillus wentii - Pembuatan kecap
  • Apergillus  flavus - Penghasil racun
  • Pencicillium notatum, dan Pencicillium chrysogenum - Penghasil antibiotik penisilin.
  • Pencicillium camemberti - Pengharum keju
  • Saccharomyces cerevisiae (ragi) - Pembuatan roti dan tapai
  • Trichoderma sp. - Protein sel tunggal

3. Basidiomycota, memiliki ciri:
- Bersifat multiseluler, kebanyakan berukuran makroskopik.
- Memiliki hifa bersekat. Hiva vegetatif mempunyai satu inti haploid.
- Mempunyai basidiokarp dan badan buah berbentuk seperti payung.
Beberapa contoh jamur yang termasuk dalam divisi Basidiomycota adalah sebagai berikut.
  • Amanita muscaria, Amanita virosa - Sumber racun mematikan
  • Auricularia polytricha (jamur kuping) - sumber makanan
  • Pleurotus sp (jamur kayu) -  sumber makanan
  • Volvariella volvacea (jamur merang) - sumber makanan
  • Puccina graminis (jamur karat) - Parasit tanaman gandum
  • Ustilago maydis (jamur api) - Parasit tanaman jagung
4. Deuteromycotina, memliki ciri:
- Bersifar multiseluler.
- Memiliki hifa bersekat dan berinti banyak.
- Merupakan jamur imperfecti (jamur tidak sempurna).
Beberapa contoh jamur yang termasuk dalam divisi Deutreromycotina adalah sebagai berikut.
  • Monilia sitophila - Membuat oncom
  • Epidermophyton fluocosum - Penyebab penyakit kaki atlet manusia
  • Tinea versicolor - Penyebab penyakit panu. 

C. Simbiosis Fungi
1. Lichenes (lumut kerak)
- Merupaan simbiosis antara jamur (Ascomycota dan basidiomycita) dengan alga hijau atau alga biru.
- Tubuh bertalus dan memiliki miselum.
Peranan Lichenes:
- Sebagai perintis yang membantu dalam proses pelapukan bebatuan.
- Sebagai indikator pencemaran udara.

2. Mikoriza
- Merupakan simbiosis antara jamur (Zygomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota).
- Berdasarkan kedalaman jaringan tumbuhan yang digunakan, Mikoriza dibedakan menjadi:
a. Ektomikoriza, adalah jamur yan menempel pada ujung-ujung akar tanaman tinggi.
b. Endomikoriza, adalah jamur yang hifanya masuk ke dalam jaringan akar secara intraseluler, sehingga akar tidak mengalami perubuhan

Protista Mirip Jamur

Protista Mirip Jamur
Protista mirip jamur merupakan spesies yang berada dalam kingdom protista tetapi memiliki kemiripan dengan jamur. Kemiripannya dengan jamur ditinjau dari ciri-ciri yang dimiliki serta proses fisiologinya. Salah satu protista mirip jamur diantaranya jemur lendir. Kelompok jamur lendir dan jamur air dimasukkan dalam kingdom protista. Kelompok ini memiliki ciri-ciri aktif seperti Amoeba yang akan berkembang menjadi fase multiseluler dan akan menghasilkan spora.

Protista mirip jamu dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Myxomycota (jamur lendir tidak bersekat), memiliki ciri:
- Tubuh tidak bersekat.
- Reproduksi aseksual menyerupai amuboid secara seksual dengan membentuk sporangium.
- Habitat di hutan basah, batang kayu yang busuk, tanah lembap, dan sampah.
contoh: Physarum sp., Fuligo, dan Tubifera.

2. Acrasiomycota (Jamur lendir bersekat), memiliki ciri:
- Tubuh bersekat.
- Reproduksi aseksual menyeupai amuboid, secara seksual dengan membentuk sporangium.
contoh: Acrasis sp., dan Discoideum sp.

3. Oomycota (jamur air), memiliki ciri:
- Tubuh berupa hifa dan tidak besekat.
- Reproduksi aseksual membentuk zoospora berflagel untuk berenang, sedangkan seksual membentuk oospora.
- Dinding sel dari selulosa
-Habitat di akuatik dan terestial.
Contoh: Phytophthora faber, Phytophthora infestans, dan Saproglegnia pamitic.

Anabolisme: Fotosintesis

Anabolisme: Fotosintesis
Fotosintesis (foton= cahaya, sintesis= penyusunan) adalah reaksi penyusunan senyawa-senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks organik dengan menggunakan energi dari cahaya.

Senyawa sederhana yang dibutuhkan berupa zat anorganik, yaitu karbon dioksida (CO2), air (H2O), dan garam-garam mineral yang terlarut. Sementara itu, senyawa yang dihasilkan berupa glukosa, oksigen, dan  air. Energi cahaya dapat berasal dari sinar matahari atau cahaya lain yang memiliki intensitas setingkat dengan sinar matahari.

Fotosintesis dilakukan oleh organisme fotoautotrof, misalnya tumbuhan - tumbuhan hijau, bakteri berklorofil, dan bakteri ungu. Reaksi fotosintesis secara sedergana dituliskan sebagai berikut.
Reaksi Fotosintesis

Lihat Juga

Jelaskan mekanisme konjugasi pada Spirogyra

Konjugasi adalah salah satu bentuk reproduksi seksual yang ditemukan pada Spirogyra, yang merupakan salah satu jenis ganggang hijau filamen ...

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "